N.G.Pemecutan |
Kotornya Ujung Jari Yang Aduhai
--------------------------------------------------
Ujung jari.
Hanyalah titik-titik hasil sentuhan ujung jari. menjadi seumpama ribuan bintang
membentuk guratan garis. Ribuan mahakarya yang unik. Unik memangg.berbeda dan
tidak ada seorangpun yang mampu melakukan ini, selain I Gusti Ngurah Gede Pemecutan.
Dialahh maestro lukisan ujung jari dari Bali-dengan branding lukisan sidik
jari.
“Semua cerita hidup ini tergantung pada
bagaimana ujung jari ingin berkisah,” tutur seorang lelaki tua Suksesi, (Jawa
pos Group) sekedar membuka pembicaraan. Dan, Sambung lelaki tua bertongkat itu,
bahkan saat manusia hendak ‘menciptakan’ generasi baru pun berawal dari kisah
ujung jari terlebih dahulu.
Selepas meneguk
kopi, maestro Ngurah Pemecutan lalu berkisah tentang perjalanan hidupnya.
Tuturan tenang. Masih jelas terdengar walau baru sembuh dari stroke ringan.
Awal kisah, tutur Ngurah Pemecutan, dirinya mulai gandrung olah tangan sekedar
menggambar sejak kelas V bangkus sekolah dasar.
“Saat itu di Denpasar belum ada sekolah melukis. Apalagi seni rupa. Yang
ada hanya pelajaran menggambar,” ungkapnya.
N.G.Pemecutan ttd buku karyanya untuk amaborro |
Selepas
menamatkan sekolah menegah atas di Denpasar, dirinya pada tahun 1954 lalu
melanjutkan pendidikan di SMA di Kota Malang. “Saat itu di Denpasar belum ada
SMA. Yang ada hanya di Singaraja yakni SMAN negeri 1 Singaraja,” tuturnya.
Benih menggambar dengan pensil terus dikelola agar tangan tak lagi kaku. Harus
menjadi mahir. Benar. Bahkan saat dia sedang dirawat di rumah sakit di Kotaa
Malang pun menggambar tetap menjadi bagian dari teman aktivitasnya.
Sesungguhnya
cita-cita Ngurah Gede Pemecutan bukanlah menjadi seorang pelukis. Dia
bercita-cita ingin menjadi dokter. Karena bercita-cita demikian, Ngurah Pemecutan
menulis surat lamaran menjadi calon mahasiswa di Universitas Erlangga.
Sayangnya lamarannya terlmbat sehingga cita-citanya pupusrharap menjadi dokter
tak kesampaian tidak membuat Ngurah Pemecutan paatah arang. Hoby
menggambartetap dia lakukan.
“Suatu ketika
saya melamar ke ASRI Jogja tetapi ditolak juga. Saya memutuskan untuk ikut
kursus tata buku. Pernah juga kuliaah di IKIP Jurusan Biologi,” ungkap Ngurah Pemecutan
yang saat ditemui Suluh Bali baru saja
pulang dari rumah sakit karena kondisi kesehatan mulai terganggu.
Hidup merantau
jauh dari orang tua, mengajarkan Ngurah Pemecutan harus bisa mandiri. Sejak
belajar tata buku dirinya masuk sanggar Candra Kirana. Menitipkan lukisannya
disana. Hasul jualan lukisannya dipakai untuk membiayai kehidupannnya juga
sebagian ditabung.
Dari sinilah
titik ikwal mengambil keputusan untuk menekuni dunia melukis seraya
bercita-cita suatu saat nanti akan memiliki museum sendiri. Walau sakit-sakitan
dan menderita paru-paru tetap menjadi karyawan di perusahaan Bintang Timur
sebagai ilustrator disana.
Setelah lama
hidup sebagai perantau di Kota Malang, Ngurah Pemecutan lalu memutuskan untuk
kembali ke Pulau Bali pada tahun 1960. Empat tahun sejak tahun 1960 sampai
dengan tahun 1964 Mantan Kepala Bagian Finishing Perusahaan Tekstil Milik
Belanda BaliTek, membangun studio kecil di Kawasan Kuta-Badung selatan. Studio
ini diibangun dengan uang hasil tabungannya. Sebuah kebahagiaan yang didapat
dari tetesan keringatnya sendiri. (bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
katakan yang sejujurnya apa yang engkau pikirkan tentang tulisan ini