Rabu, 28 Agustus 2013

DAN JEMARI RENTAH ITU TERUS MENARI (1)



 
N.G.Pemecutan

Kotornya Ujung Jari Yang Aduhai


 --------------------------------------------------

Ujung jari. Hanyalah titik-titik hasil sentuhan ujung jari. menjadi seumpama ribuan bintang membentuk guratan garis. Ribuan mahakarya yang unik. Unik memangg.berbeda dan tidak ada seorangpun yang mampu melakukan ini, selain I Gusti Ngurah Gede Pemecutan. Dialahh maestro lukisan ujung jari dari Bali-dengan branding lukisan sidik jari.
 “Semua cerita hidup ini tergantung pada bagaimana ujung jari ingin berkisah,” tutur seorang lelaki tua Suksesi, (Jawa pos Group) sekedar membuka pembicaraan. Dan, Sambung lelaki tua bertongkat itu, bahkan saat manusia hendak ‘menciptakan’ generasi baru pun berawal dari kisah ujung jari terlebih dahulu.
Selepas meneguk kopi, maestro Ngurah Pemecutan lalu berkisah tentang perjalanan hidupnya. Tuturan tenang. Masih jelas terdengar walau baru sembuh dari stroke ringan. Awal kisah, tutur Ngurah Pemecutan, dirinya mulai gandrung olah tangan sekedar menggambar sejak kelas V bangkus sekolah dasar.  “Saat itu di Denpasar belum ada sekolah melukis. Apalagi seni rupa. Yang ada hanya pelajaran menggambar,” ungkapnya.
N.G.Pemecutan ttd buku karyanya untuk amaborro
Selepas menamatkan sekolah menegah atas di Denpasar, dirinya pada tahun 1954 lalu melanjutkan pendidikan di SMA di Kota Malang. “Saat itu di Denpasar belum ada SMA. Yang ada hanya di Singaraja yakni SMAN negeri 1 Singaraja,” tuturnya. Benih menggambar dengan pensil terus dikelola agar tangan tak lagi kaku. Harus menjadi mahir. Benar. Bahkan saat dia sedang dirawat di rumah sakit di Kotaa Malang pun menggambar tetap menjadi bagian dari teman aktivitasnya.
Sesungguhnya cita-cita Ngurah Gede Pemecutan bukanlah menjadi seorang pelukis. Dia bercita-cita ingin menjadi dokter. Karena bercita-cita demikian, Ngurah Pemecutan menulis surat lamaran menjadi calon mahasiswa di Universitas Erlangga. Sayangnya lamarannya terlmbat sehingga cita-citanya pupusrharap menjadi dokter tak kesampaian tidak membuat Ngurah Pemecutan paatah arang. Hoby menggambartetap dia lakukan.
“Suatu ketika saya melamar ke ASRI Jogja tetapi ditolak juga. Saya memutuskan untuk ikut kursus tata buku. Pernah juga kuliaah di IKIP Jurusan Biologi,” ungkap Ngurah Pemecutan yang saat ditemui Suluh Bali  baru saja pulang dari rumah sakit karena kondisi kesehatan mulai terganggu.
Hidup merantau jauh dari orang tua, mengajarkan Ngurah Pemecutan harus bisa mandiri. Sejak belajar tata buku dirinya masuk sanggar Candra Kirana. Menitipkan lukisannya disana. Hasul jualan lukisannya dipakai untuk membiayai kehidupannnya juga sebagian ditabung.
Dari sinilah titik ikwal mengambil keputusan untuk menekuni dunia melukis seraya bercita-cita suatu saat nanti akan memiliki museum sendiri. Walau sakit-sakitan dan menderita paru-paru tetap menjadi karyawan di perusahaan Bintang Timur sebagai ilustrator disana.
Setelah lama hidup sebagai perantau di Kota Malang, Ngurah Pemecutan lalu memutuskan untuk kembali ke Pulau Bali pada tahun 1960. Empat tahun sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 1964 Mantan Kepala Bagian Finishing Perusahaan Tekstil Milik Belanda BaliTek, membangun studio kecil di Kawasan Kuta-Badung selatan. Studio ini diibangun dengan uang hasil tabungannya. Sebuah kebahagiaan yang didapat dari tetesan keringatnya sendiri. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

katakan yang sejujurnya apa yang engkau pikirkan tentang tulisan ini