---------------------------------------------------------------
Mari mendengar Pendeta Hindu sembahyang di Pura dari dalam Gereja, Gemah Adzan di Masjid dari dalam Wihara, dan Pastor berkotbah di gereja dari dalam Pura. Mari melihat keagungan Tuhan dari Bali. Sebab Tuhan itu satu. Bali mengajarkan soal ini. Soal ada berapa Tuhan jangan lagi engkau tanya. Sebab Bali sudah mengajarkan dengan jelas di Puja Mandala, TUHAN ITU HANYA SATU.
Tuhan itu hanya satu. Bahwa benar cara mencapai ke Tuhan itu dengan cara berbeda. Dan benar bahwa Tuhanmu, Tuhanku, Tuhannya, Tuhan dia, Tuhan Mereka adalah satu. Namanya Tuhan Kita dan itu hanya satu Tuhan.
Itulah sepenggal inspirasi dari kunjungan saya dan beberapa rekan jusnalis ke Kawasa Puja Mandala, 15 Agustus 2013. Kawasan Puja Mandala yang terltak di Desa Kampial-Nusa Dua, Bali ini sudah tersohor, tetapi saya dan beberapa teman baru pertama kali ke sana semenjak hampir tiga tahun berdomisili di Denpasar Bali.
Memang awalnya tak ada rencana ke tempat itu. Setelah menikmati kopi seteguk di Pantai Kuta sambil ngobrol dengan turis Jackson asal Belanda sembari menikmati alunan lagu batak dari penjajah kopi begigi ginzul itu, kami lalu bergegs. Tak tau mau kemana. Seorang teman lalu menyarankan agar kami ke Pantai Bali Clief. Ide itu saya tolak. Motor yang kami tumpangi terus melaju dari Pantai Kuta, terus ke Bundaran Patung Kuda dekat bandara Ngurah Rai, belok kiri lalu masuk ke pintu tol-Jalan di atas perairan. Eh, ternyata belum di fungsikan.
Sudah terlanjur di tengah perjalanan dan harus menarik gas motor sebab, ada tanda larangan di larang parkir maupun berhenti. Persis di lampu merah Nusa Dua, kami belok kiri. Ternyata itu masuk e kawasan Wisata Bahari Tanjung Benoa.
Seraya bercerita dengan eja orang Bajawa yang menjadi sopir speedboat di pantai tersebut kami menikmati para wisatawan yang datang bermain snorkeling, para layang, menyelam dan ada yang menyewah speedboat ke pulau pudut-pulau penyu itu.
Kita tinggalkan sejenak wisata bahari di tanjung Benoa. Cukup lelah memang. Tetapi nikmat. Saat kami memutuskan untuk pulang kembali ke Denpasar karena waktunta deadline berita. “Lurus saja. Jangan belok kanan. Coba kita lurus siapa tau ada sesuatu yang menarik ketika kita mengambil jalan lurus,: kata seorang teman wartawan ketika kami sampai di traffic light Nusa Dua.
Jalanan mendaki ketika kami mengambil jalan lurus. Di papan petunjuk jalan, lurus terus arah Sumawang, Kiri ke arah BTDC dan Kanan ke Kampial. Tidak disangka kami mengambil jalan lurus. Apesnya di depan pak polisi yang sedang tilang. Putar kanan, balik kiri sebab ada motor yang tak lengkap suratnya, hehehehehe. Bukan hanya itu, waktu deadline sudah mepet dan kalau berurusan dengan polisi repot nanti.
Tak sempat menoleh ke belakang dan hendak menghilangkan jejak dari kejaran polisi, belok kiri menuju kampial. 20 meter dari perempatan tersebut ada papan nama besar, Kawasan Puja Mandala.
Tak disangka teman yang didepan sudah memarkirkan motornya persis di depan Masjid, padahal dia beragama Hindu. Tak apalah. Toh kita percaya satu Tuhan, bukan..?
Ibarat menemukan hal baru, karena memang saya dan beberapa teman baru pertama kali sampai ke tempat itu. Foto sekedar sekedar mengabarkan kepada sanak keluarga dan sahabat bahwa Puja Mandala pernah saya singgahi pun tak luput.
Dari cerita beberapa oraang termasuk tukang parkir dan pengemis kawasan tersebut mengatakan dalam desain kriteria Kawasan Pariwisata Nusa Dua dibangun berbasis kepada budaya Bali yang bersumber dari Agama Hindu. Sebab itu desain komite BTDC merekomendasikan pembangunan tempat ibadah secara terpadu diluar kawasan.
Dan di setiap hotel dibangun mushola sesuai dengan keperluan. Di BTDC juga dibangun mushola yaitu di daerah nursery . Karena kebutuhan umat akhirnya mushola tersebut bukan saja dimanfaatkan orang dalam atau internal BTDC, tapi juga masyarakat muslim diluar kawasan.
“Dirut BTDC waktu itu pak Nadir,” kata salah seorang Tukang Parkir di kawasan tersebut. Pada waktu Nusa Dua Beach Hotel dibeli oleh Sultan Bolkiah, ada wacana untuk membangun masjid kecil di dalam Nusa Dua beach hotel. Saat itu Joop Ave selaku dirjen Pariwisata meminta supaya dipikirkan untuk dibuat semua tempat ibadah karena salah satu kebutuhan wisatawan disamping makan minum rekreasi dan istirahat adalah beribadah. Sebab semua manusia diciptakan oleh satu Tuhan.
Gagasan Jop Ave ini kemudian ditanggapi dengan sungguh oleh Ir Mandra dan Ketut Wirya bagian Perencanaan BTDC antara lain di ujung selatan (lapangan golf) diujung utara di Lagoon disana ada tanah BTDC terpencil di Kampial seluas 2,5 Ha.
Joop Ave selaku Dirjen Pariwisata menyetujui dan mengarahkan agar ditempat tersebut segera dibangun semua tempat ibadah umat beragama yang mencerminkan Bhineka Tunggal Ika dan keharmonisan dalam perbedaan. Maka daerah seluas 2,5 ha tsb di bagi menjadi 5 kavling masing-masing setengah hektar dan diperuntukan untuk pembangunan 5 tempat ibadah yaitu Pura, Gereja Protestan, Vihara, Gereja Katolik dan Masjid.
Hingga kemudian, pada 1997, secara bertahap lima rumah ibadat di Puja Mandala diresmikan oleh Menteri Agama Tarmidzi Taher, dengan peresmian pertama adalah Masjid Ibnu Batutah, Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, dan Gereja Protestan Bukit Doa. Delapan tahun kemudian, Vihara Budhina Guna diresmikan dan disusul oleh Pura Jagad Nata pada 2005.
Sebelum diresmikan, nama kawasan kemudian disepakati bernama Puja Mandala dari bahasa sansekerta artinya tempat pemujaan.
Selain nama puja mandala sering disebut sebagai nama Panca Mandala, Bahasa Sansekerta, Panca berarti lima. Lima tempat ibadah dari lima agama yang berbeda. Masjid Ibnu Batutah, Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa, Gereja Kristen Protestan Bukit Doa, Pura Jagat Natha, dan Vihara Budhina Guna.
1. Masjid Agung Ibnu Batutah
Masjid Agung Ibnu Batutah pada bagian paling kiri, beratap tumpang susun, khas bangunan Masjid Jawa. Ibnu Batutah adalah pengembara Maroko dengan catatan perjalanan dunia terlengkap dari abad ke-14, melintasi jarak 120.000 km sepanjang dunia kaum Muslim, mencakup 44 negara modern.
2. Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa
Gereja Katolik Bunda Maria Segala Bangsa di kawasanPuja Mandala, tepat di sebelah Masjid Agung Ibnu Batutah, dengan menara tunggal, dinding depan gevel mengikuti bentuk atap dan bagian belakang atap tumpang. Bangunan gereja Katholik ini diapiti oleh Masjid Agung Ibnu Batutah dan Vihara Budhina Guna.
3. Wihara Budhina Guna
Wihara Budhina Guna di kawasan Puja Mandala dibangun dengan ornamen cantik berwarna putih dan keemasan. Wihara ini tampak anggun dan mewah. Pengerjaan patung dan ornamennya terlihat sangat halus dan detail. Didepan wihara ada patung dua Gaja yang begitu menawan. Bangunan Wihara Budhina Guna ini diapiti oleh dua Gereja, Gereja Katolik Baunda Maria Segala Bangsa dan Gerejs Protestan Bukit Doa.
4. Gereja Kristen Protestan Bukit Doa
Persis Bangunan Gereja Kristen Protestan Bukit Doa dengan sentuhan Gosala-Gosali (ornamen dan aturan bangunan) orang Bali cukup kental. Bangunan Gereja Protestan Bukit Doa ini pun diapiti oleh Wihara Budhina Guna dan Pura Jaga Natha.
5. Pura Kori Agung Pura Jagat Natha
Bangunan PUra Agung Pura Jagat Natha Nusa Dua dibuat dengan makara bagian atas pintu Kori Agung. Kala makara paling besar dibuat dengan sepasang tangan berkuku panjang, yang tidak lazim dijumpai pada candi-candi Jawa.
------------------
Ketika upacara satu agama berbenturan dengan agama lain, maka para pemimpin tiap-tiap rumah ibadat akan mengatur jadwal agar semuanya dapat berjalan beriringan dan tetap saling menghargai antaragama.
Selain itu, ketika lebih dari 90 persen masyarakat Bali merayakan Nyepi, pelaksanaan ibadah Shalat Jumat atau pun misa tetap digelar dengan suasana khidmat da tidak mengganggu umat Hindu yang sedang merayakan hari raya Nyepi.
Tahun 2012 lalu, keiks pretemuan anggota parlemen seluruh dunia, kepada seluruh anggota parlemen dari Rusia, Australia, Bosnia Herzegovina, Austria, Turki, Mesir, Republik Chad, Kamboja, Brunei Darussalam, Laos, Moroko, Myanmar, Arab Saudi, Tunisia, Thailand dan Uganda, Ketua DPR Marzuki Alie, yang saat itu didaulatkan menjadi ketua Parlemen dengan bangga mempromosikan, keberadaan Puja Mandala yang bisa memberikan inspirasi bagi masyarakat internasional.
Anehnya, tinggi bangunan kelima tempat ibadah ini tampak sama persis. Luasnya bangunan pun (mungkin) juga sama. Ini benar-benar adil. Dan Puja Mandala memberikan pelajaran bahwa tak perlu merasa benar tentang Tuhanmu, sebab Tuhanku dan Tuhanmu adalah sama. Kita Satu Tuhan. Demikian bukan.?
Mari mendengar Pendeta Hindu sembahyang di Pura dari dalam Gereja, Gemah Adzan di Masjid dari dalam Wihara, dan Pastor berkotbah di gereja dari dalam Pura. Mari melihat keagungan Tuhan dari Bali. Sebab Tuhan itu satu. Bali mengajarkan soal ini. Soal ada berapa Tuhan jangan lagi dipertanyakan. Sebab Bali sudah mengajarkan dengan jelas di Puja Mandala, TUHAN ITU HANYA SATU. #sandrowangak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
katakan yang sejujurnya apa yang engkau pikirkan tentang tulisan ini