Kamis, 26 September 2013

MEMBUANG UMPAN, MENANGKAP UDANG


Politik itu seni. Seni memainkan strategi. Seni membuang isu. Juga seni menyusun skenario.

Helatan Pilkada Bali 2013 telah mulai diramaikan warna-warni jual beli isu politik. Belakangan ini Ketua DPD PDIP Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi membuang “umpan” memainkan skenario dalam sebuah drama politik.

Umpannya tak lain Gubernur Bali Made Mangku Pastika. Bila kita mengibaratkan politik sebagai kali dan politisi partai politik itu sebagai udang, maka semua politisi Bali harus mengakui kepiawaian Tjok Rat, begitu ketua PDIP Bali itu biasa disapa, dalam memainkan isu. Isunya sederhana, PDIP tak lagi mau mengusung paket non kader dalam pilgub 2013.

Tjok Rat, dengan jam terbang politik sekelas Megawati Soekarno Putri, tentu tahu benar bagaimana menangkap udang (Partai Politik-red) yang sedang bersembunyi di balik batu. Pasalnya sampai saat ini belum satu pun partai politik secara gamblang mengusung paket di Pilgub Bali 2013. Golkar beralasan, masih menunggu survei. Aturan klasik partai yang dipimpin Sudikerta ini. Demikian halnya Demokrat, belum menelorkan paket yang akan diusung.

PDIP tak mau kecolongan. Ratmadi lalu memainkan skenario, sekadar mengetahui arah angin politik partai. Dan benar adanya. Ketika Ratmadi membuang umpan ke pentas politik, publik pun geger. Air menjadi keruh. Panggung politik DPRD Bali sungguh heboh. Ratmadi yang seringkali tak mau bicara banyak ketika diwawancarai beberapa media saat itu, sungguh berbeda dari biasanya.  

Tak seperti beberapa kader partai yang langsung menyergap umpan tersebut, Gubernur Bali Made Mangku Pastika dan Wagub Puspayoga, paket yang diusung PDIP, tak  bergeming.

“Belum ada tanggapan soal itu,” jawab Pastika singkat saat beberapa wartawan meminta tanggapannya di Wantilan DPRD Bali. Senada dengan Pastika, Puspayoga pun enggan berkomentar. “Tanyakan saja pada Pak Gubernur,” tangkisnya.

Elektabilitas Meyakinkan
Sementara politisi Demokrat, Ketua Fraksi Demokrat DPRD Bali  Nengah Tamba, langsung melontarkan paket Made Mangku Pastika dan Made Mudarta, yang diistilahkannya Paket M3.

Tamba menilai popularitas Mangku Pastka masih moncer. Masih layak di pasaran politik Pilgub 2013. Tak sekadar memberikan penilaian. “Sejak Pak Mangku jadi gubernur, mana ada bom yang meledak di Bali. Ini salah satu indikasi keberhasilan. Begitu pula dengan peningkatan PAD. Sangat signifikan. Ini artinya Pastika masih layak memimpin Bali,” tegas Tamba, seraya memberikan garansi, bila PDIP tak lagi mau mengusung Pastika, Demokrat siap mengusung Paket M3-Made Mangku Pastika ditandemkan dengan Made Mudarta.

Melihat peluang politik dan kemungkinan ini, Tamba menegaskan, bukan tidak mungkin apabila paket M3 ini benar-benar terwujud. Pasalnya, tingkat elektabilitas Made Mangku Pastika sebagai Gubernur Bali saat ini mendapat tempat yang cukup meyakinkan di hati masyarakat Bali.

“Mangku Pastika masih diinginkan oleh masayarakat. Tingkat elektabilitasnya masih tinggi di tingkat akar rumput. Layak kalau Pastika masih menjadi gubernur untuk periode kedua,” tegas Tamba.

Apalagi Mangku Pastika masuk dalam daftar survei Partai Demokrat. Dan bukan tidak mungkin rancang politik Demokrat untuk memgusung paket M3 bisa menjadi kenyataan apabila PDIP benar-benar tidak mengusung Pastika lagi.

Tamba lalu menambahkan proses pencalonan di partainya memang memiliki beberapa prosedur. “Ada survei, ada juga TimSembilan. Bisa mungkin Pastika menjadi calon dari Demokrat,” tegasnya.



TAK MAU KECOLONGAN______________________

BEDA dengan Ketua DPD Partai Demokrat Bali, Made Mudarta, yang menanggapi santai tak mau termakan umpan.  
“Ini strategi Pak Tjok Rat. Beliau itu jam terbang politiknya sudah tinggi. Kalau diibaratkan seperti pesawat Boeing, tidak tahu Pak Tjok itu sudah pada posisi Boeing ke berapa. Ini adalah strategi politik Pak Tjok untuk meneropong kader PDIP,” ungkap Mudarta.

Mudarta menegaskan, wacana yang dilempar oleh Tjok Ratmadi tersebut adalah bagian dari pernyataan politik untuk menguji popularitas Made Mangku Pastika. Artinya, ketika semua partai menanggapi wacana ini dengan membuat pernyataan menggandeng Pastika bila dilepas oleh PDIP, maka popularitas Mangku Pastika masih laku untuk “dijual” karena menjadi rebutan banyak partai politik.

“Pak Tjok itu jago. Jadi kita jangan menelan utuh pernyataan Beliau. Harus dicerna,” ungkap Mudarta.

Ketika disodorkan paket M3 (Made Mangku – Mudarta), Ketua DPD Demokrat Bali ini malah membuang kata, dirinya lebih siap menjadi gubernur ketimbang wakil gubernur.

“Kalau perintah partai untuk saya maju sebagai wakil gubernur, sebagai kader saya siap,” tegas pengusaha muda ini kepada Suluh Bali.

Analisa politik Made Mudarta benar. Tjok Rat sedang menguji kesetiaan kader PDIP, yang kabarnya  berada dalam tiga kelompok.




LEPAS PASTIKA = BUNUH DIRI_____________________
Jika berani melepaskan Mangku Pastika, PDIP sama dengan bunuh diri. Warning tersebut disampaikan Dewa Nyoman Rai, politisi PDIP di DPRD Bali belum lama ini di ruangan Baleg.  Ia menegaskan, Mangku Pastika adalah kader PDIP. “Ketika Mangku Pastika mendaftar dulu di PDIP, dia memiliki KTA PDIP. Dia kader PDIP,” ungkap Nyoman Rai.

Selain Pastika kader PDIP, Nyoman Rai sungguh mengakui keberhasilan Pastika selama memimpin Bali. Bali menjadi lebih hidup dalam berbagai bidang di bawah kepemimpinan Pastika. Oleh karena itu Dewa Nyoman Rai tegas bersuara, bila pernyataanTjok Ratmadi itu sebagai bentuk keseriusan ingin melepas Pastika, sama dengan PDIP membunuh diri sendiri.

Soal Pastika itu kader atau bukan kader PDIP, sudah dipastikan bahwa Mangku Pastika memiliki KTA PDIP, tetapi itu hanya sebatas simpatisan. Buktinya, saat resuffle Kabinet Indonesia Bersatu jilid II, Taufik Kiemas meminta agar Pastika menjadi menteri, padahal saat itu Ketua Umum PDIP Megawati Soekarno Putri lantang bersuara, PDIP mengambil posisi oposisi. Taufik Kiemas saat meminta Pastika menjadi menteri karena dia tahu bahwa Pastika hanya seorang simpatisan bukan kader partai. ***

Naskah ini yang dimuat di Tabloid Suluh Bali edisi Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

katakan yang sejujurnya apa yang engkau pikirkan tentang tulisan ini