Politik itu seni. Seni memainkan strategi. Seni membuang
isu. Juga seni menyusun skenario.
Helatan
Pilkada Bali 2013 telah mulai diramaikan warna-warni jual beli isu politik.
Belakangan ini Ketua DPD PDIP Anak
Agung Ngurah Oka Ratmadi membuang “umpan” memainkan skenario dalam sebuah drama politik.
Umpannya tak
lain Gubernur Bali
Made Mangku Pastika. Bila kita mengibaratkan politik sebagai kali dan politisi
partai politik
itu sebagai udang, maka semua politisi Bali harus mengakui kepiawaian Tjok
Rat, begitu ketua PDIP Bali itu biasa disapa, dalam memainkan isu. Isunya sederhana,
PDIP tak lagi mau mengusung paket non kader dalam pilgub 2013.
Tjok Rat, dengan jam terbang politik
sekelas Megawati Soekarno Putri, tentu tahu benar bagaimana menangkap udang
(Partai Politik-red) yang sedang bersembunyi di balik batu. Pasalnya sampai
saat ini belum satu pun partai politik secara gamblang mengusung paket di
Pilgub Bali 2013. Golkar beralasan, masih menunggu survei. Aturan klasik partai yang dipimpin Sudikerta ini. Demikian halnya Demokrat, belum menelorkan
paket yang akan
diusung.
PDIP tak mau kecolongan. Ratmadi lalu
memainkan skenario, sekadar mengetahui arah angin politik partai. Dan benar
adanya. Ketika Ratmadi membuang umpan ke pentas politik, publik pun
geger. Air menjadi keruh. Panggung politik DPRD Bali sungguh heboh. Ratmadi
yang seringkali tak mau bicara banyak ketika diwawancarai beberapa
media saat itu, sungguh berbeda
dari biasanya.
Tak
seperti beberapa kader partai yang langsung menyergap umpan tersebut, Gubernur
Bali Made Mangku Pastika dan Wagub Puspayoga, paket yang diusung PDIP,
tak bergeming.
“Belum ada tanggapan soal itu,” jawab Pastika
singkat saat beberapa wartawan meminta tanggapannya di Wantilan DPRD Bali. Senada dengan Pastika, Puspayoga
pun enggan
berkomentar. “Tanyakan saja pada Pak Gubernur,” tangkisnya.
Elektabilitas
Meyakinkan
Sementara
politisi
Demokrat, Ketua Fraksi Demokrat DPRD Bali
Nengah Tamba, langsung melontarkan paket Made Mangku
Pastika dan Made Mudarta, yang diistilahkannya Paket M3.
Tamba menilai popularitas Mangku Pastka
masih moncer. Masih layak di pasaran politik Pilgub 2013. Tak sekadar memberikan penilaian. “Sejak Pak Mangku jadi gubernur, mana ada bom
yang meledak di Bali. Ini salah satu indikasi keberhasilan. Begitu pula
dengan peningkatan PAD. Sangat signifikan. Ini artinya Pastika masih layak
memimpin Bali,” tegas Tamba, seraya memberikan garansi, bila PDIP tak lagi mau
mengusung Pastika, Demokrat siap mengusung Paket M3-Made Mangku Pastika
ditandemkan dengan Made Mudarta.
Melihat
peluang politik dan kemungkinan ini, Tamba menegaskan, bukan
tidak mungkin apabila paket
M3 ini benar-benar terwujud. Pasalnya, tingkat
elektabilitas Made Mangku Pastika sebagai Gubernur Bali saat ini mendapat
tempat yang cukup meyakinkan di hati masyarakat Bali.
“Mangku
Pastika masih diinginkan oleh masayarakat. Tingkat elektabilitasnya masih
tinggi di tingkat akar rumput. Layak kalau Pastika masih menjadi gubernur untuk
periode kedua,” tegas Tamba.
Apalagi
Mangku Pastika masuk dalam daftar survei Partai Demokrat. Dan bukan tidak
mungkin rancang politik Demokrat untuk memgusung paket M3 bisa menjadi
kenyataan apabila PDIP benar-benar tidak mengusung Pastika lagi.
Tamba
lalu menambahkan proses pencalonan di partainya memang memiliki beberapa
prosedur. “Ada survei, ada juga TimSembilan. Bisa mungkin Pastika menjadi calon
dari Demokrat,” tegasnya.
TAK MAU KECOLONGAN______________________
BEDA
dengan Ketua DPD Partai Demokrat Bali, Made Mudarta, yang
menanggapi santai tak mau termakan
umpan.
“Ini
strategi Pak Tjok Rat. Beliau itu jam terbang politiknya sudah tinggi. Kalau
diibaratkan seperti pesawat Boeing, tidak tahu Pak Tjok itu sudah pada posisi Boeing
ke berapa. Ini adalah strategi politik Pak Tjok untuk meneropong kader PDIP,”
ungkap Mudarta.
Mudarta
menegaskan, wacana yang dilempar oleh Tjok Ratmadi tersebut adalah bagian dari
pernyataan politik untuk
menguji popularitas Made Mangku Pastika. Artinya, ketika
semua partai menanggapi wacana ini dengan membuat pernyataan menggandeng
Pastika bila dilepas oleh PDIP, maka popularitas Mangku Pastika masih laku
untuk “dijual” karena menjadi rebutan banyak partai politik.
“Pak
Tjok itu jago. Jadi kita jangan menelan utuh pernyataan Beliau. Harus dicerna,”
ungkap Mudarta.
Ketika disodorkan
paket M3 (Made Mangku – Mudarta), Ketua DPD Demokrat Bali ini malah membuang kata, dirinya lebih siap
menjadi gubernur ketimbang wakil gubernur.
“Kalau perintah partai untuk saya maju
sebagai wakil gubernur, sebagai kader saya siap,” tegas pengusaha muda ini
kepada Suluh Bali.
Analisa politik Made Mudarta benar.
Tjok Rat sedang menguji kesetiaan kader PDIP, yang
kabarnya berada dalam tiga kelompok.
LEPAS
PASTIKA = BUNUH DIRI_____________________
Jika berani
melepaskan Mangku Pastika, PDIP sama dengan bunuh diri. Warning tersebut
disampaikan
Dewa Nyoman Rai, politisi PDIP di DPRD Bali
belum lama ini di ruangan
Baleg. Ia menegaskan, Mangku Pastika adalah kader
PDIP. “Ketika Mangku Pastika mendaftar dulu di PDIP, dia memiliki KTA PDIP. Dia kader
PDIP,” ungkap Nyoman Rai.
Selain Pastika kader PDIP, Nyoman Rai
sungguh mengakui keberhasilan Pastika selama memimpin Bali. Bali menjadi lebih
hidup dalam berbagai bidang di bawah kepemimpinan Pastika. Oleh karena itu Dewa Nyoman Rai
tegas bersuara, bila pernyataanTjok Ratmadi itu sebagai bentuk keseriusan ingin
melepas Pastika, sama dengan PDIP membunuh diri sendiri.
Soal
Pastika itu kader atau bukan kader PDIP, sudah dipastikan bahwa Mangku Pastika
memiliki KTA PDIP, tetapi itu hanya sebatas simpatisan. Buktinya, saat resuffle Kabinet Indonesia Bersatu jilid
II, Taufik Kiemas meminta agar Pastika menjadi menteri, padahal saat itu Ketua
Umum PDIP Megawati Soekarno Putri lantang bersuara, PDIP mengambil posisi
oposisi. Taufik Kiemas saat meminta Pastika menjadi menteri karena dia tahu
bahwa Pastika hanya seorang simpatisan bukan kader partai. ***
Naskah ini yang dimuat di Tabloid Suluh Bali edisi Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
katakan yang sejujurnya apa yang engkau pikirkan tentang tulisan ini